Kamis, 23 Februari 2012

Belajar Cara Berkomunikasi yang Baik Yuk…


A. MENGAPA ANDA BUTUH BERKOMUNIKASI LEBIH BAIK
Seberapa baik kemampuan anda menciptakan, mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain? Seberapa banyak konflik dengan orang lain yang tercipta baik disengaja maupun tidak disengaja? Percayalah, kita semua membutuhkan komunikasi yang baik untuk bisa berelasi dengan orang lain. Apakah anda atasan, bawahan, suami, istri, dosen, mahasiswa atau siapapun anda, membutuhkan cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
Seberapa sering anda berbasa-basi dengan teman, namun kemudian berubah menjadi perang argumentasi, debat kusir, bahkan perkelahian yang berujung permusuhan. Seberapa sering anda sebagai seorang suami yang “jujur” menyatakan ketidaksukaan pada masakan istri dan cara berpakaian istri? Seberapa sering anda jika anda seorang suami yang awal mulanya pacaran dulu dapat berbicara dengan sangat mesra pada pacar anda, namun pada pernikahan tahun 3,4 atau 5 berubah menjadi suami sinis dan kasar secara verbal kepada istri, dan berikutnya muncul konflik dalam rumah tangga. Seberapa sering anda dimintai tolong teman, saudara atau atasan namun sebenarnya anda tidak suka, tetapi anda sulit untuk menolaknya?
Seringkali kita tidak menyadari penyebab utama konflik yang kita alami sendiri. Cara dan kemampuan kita berkomunikasi tanpa disadari ternyata menjadi penyebab utama munculnya konflik antar personal. Kesalahan dalam berkomunikasi menyebabkan tidak efektifnya komunikasi sehingga terjadi salah persepsi yang berujung pada konflik.

B. EFEKTIFITAS BERKOMUNIKASI
Menurut teori komunikasi antar personal, efektifitas dalam berkomunikasi tidak hanya ditentukan oleh apa yang kita sampaikan, tetapi juga bagaimana kita menyampaikannya. Albert Meharabien menyebutkan dalam FACTORS FOR SUCCESSFUL COMMUNICATION, efektifitas komunikasi ditentukan oleh:
1. What We Say (7%), apa yang kita sampaikan.
2. How we say it (38%), bagaimana cara menyampaikannya.
3. Body Language (55%), gerak dan posisi tubuh serta ekspresi wajah.
Ini berarti tujuan yang baik tetapi disampaikan dengan cara yang salah, hasilnya kemungkinan besar akan mengecewakan. Jadi jika setiap ide atau keinginan anda telah dikomunikasikan namun seringkali hasilnya tidak sesuai dengan yang anda harapkan, maka ubahlah cara anda berkomunikasi.
C. PILIHAN CARA BERKOMUNIKASI
Cara kita berkomunikasi merupakan gambaran perilaku kita yang sebenarnya. Walaupun perilaku itu sendiri bisa bersifat kondisional, maka perilaku dalam berkomunikasi dikelompokkan menjadi 3 yang didasarkan atas bagaimana seseorang menungkapkan kebutuhan dirinya sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Berikut ini pengelompokan perilaku dalam berkomunikasi*:
1. Komunikasi Agresif
2. Komunikasi Submisif
3. Komunikasi Asertif
PERILAKU AGRESIF
Seseorang yang berkomunikasi dengan cara agresif memiliki ciri:
a. Jujur dan terbuka, namun memiliki kelemahan dalam cara menyampaikan yang tidak tepat.
b. Cenderung memaksakan kehendak untuk bisa pandangan dan pendapatnya diterima.
c. Diliputi rasa marah dan cenderung menyerang dan menyalahkan lawan bicaranya.
d. Tujuan utamanya dalam berkomunikasi adalah mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara.
e. Keberadaannya menimbulkan ketegangan, rasa sakit, cemas dan perasaan bersalah pada orang lain atau lawan bicaranya.
Orang yang berberilaku agresif memiliki kecenderungan kuat untuk:
a. Mengutamakan kepentingan, kebutuhan dan perasaan diri sendiri, atau bersifat egosentris.
b. Mengabaikan hak dan perasaan orang lain karena sulit untuk bisa berempati dengan orang lain.
c. Menggunakan segala cara, verbal dan non verbal, misal berbicara sinis dan kasar.
Orang dengan perilaku agresif hanya perduli dengan tercapainya tujuan diri. Ciri fisik dalan berkomunikasi ditandai dengan komunikasi verbal dan non verbal seperti: suara keras, nada kasar, mata melotot, jari tegang.
Beberapa contoh kalimat yang diucapkan oleh kelompok perilaku agresif antara lain:
- Halah, begini saja tidak bisa!
- Dasar Bodoh!
- Pasti kamu tidak percaya!
- Saya yakin kamu tidak mampu!
- Diam, memangnya kamu ini siapa!
PERILAKU SUBMISIF
Seseorang yang berperilaku submisif memiliki kecenderungan menerima pandangan, harapan dan perasaan pihak lain, “selalu mengalah” dan mengorbankan kepentingannya sendiri karena takut menyakiti perasaan orang lain dan merusak hubungannya. Tidak berani menyatakan perasaannya sendiri, kebutuhannya maupun haknya, mengindari konflik, dikuasai rasa takut, merasa bersalah, tertekan berhubungan dengan orang lain, dan cenderung berekasi dibelakang.
Sesorang yang berperilaku submisif akan tampak
- Menjadi orang yang menyerah pada permintaan orang lain atau susah menolak permintaan orang lain, – Menomor duakan kebutuhan , perasaan diri pribadi
- Menganggap diri lebih rendah dari orang lain
Sehingga orang dengan perilaku submisif akan menghindari menyakiti atau membuat marah orang lain, berusaha memperoleh persetujuan orang lain.
Tanda non verbal atau fisik yang tampak yaitu:
- Selalu ragu ragu
- Suara pelan
- Kontak mata sedikit atau tidak berani menatap lawan bicara secara lama
- Tampak selalu grogo atau ‘nervous’
- Tangan mencari pegangan atau pada wanita biasanya meremas-remas tissue, saputangan, atau ujung baju
- Bahu turun, lengan melintang di depan tubuh untuk melindungi diri
Contoh kalimat yang diucapkan oleh orang berperilaku submisif antara lain:
- Maaf kalau saya mengganggu waktu anda, tapi…
- Ini pendapat pribadi saya, mohon maaf jika salah.
- Bila memang demikian pendapat anda, saya ikut saja.
- Terserah anda, saya ngikut aja deh.
PERILAKU ASERTIF
Seseorang yang berperilaku asertif memiliki cara berkomunikasi yang singkat, jelas, terbuka, jujur, memperhatikan dan menghargai hak dan perasaan orang lain, namun tetap memperhatikan kebutuhan dan perasaan diri sendiri.
Seseorang yang berkomunikasi secara asertif akan dapat:
- menumbuhkan sikap saling menghargai,
- memberi umpan yang membangun,
- menghadapi taktik manipulatif secara positif,
- menangani konflik secara positif dan efektif
- menyatakan “tidak“ tanpa menyinggung..
Pola pikir orang dengan perilaku asertif yaitu:
- Percaya, menghormati diri dan orang lain
- menekankan penyelesaian masalah secara efektif
Cara berkomunikasi asertif akan tampak dari:
- Suara sedang, namun tegas
- menatap langsung,
- tidak mendominasi
- ekspresi wajah dan postur relaks
Berikut contoh kalimat yang disampaikan oleh orang yang berkomunikasi secara asertif
- Saya rasa ……., bagaimana menurut anda?
- Saya kira pendapat anda bagus sekali, saya bisa tambahkan ide tersebut dengan…
- Terimakasih atas penawaran anda, saya akan mempertimbangkannya
- Saya senang bertemu anda, dan saya berharap anda tidak terganggu dengan kedatangan saya.
- Usul anda bisa saya terima, namun saya akan lebih senang jika anda melengkapinya dengan ….
- Maaf kali ini saya sedang banyak pekerjaan, saya berharap berikutnya dapat membantu anda lebih baik lagi.
- Saya rasa ide anda patut dipertimbangkan, mari kita coba lihat bersama-sama dari sudut pandang yang berbeda.
D. SETIAP CARA ADA WAKTUNYA
Dibagian awal saya sempat mengutarakan bahawa cara berkomunikasi tersebut bisa bersifat kondisional atau sesuai dengan kondisi yang kita hadapi pada saat itu. Namun sebuah cara berkomunikasi yang sama dan dipakai pada kondisi apa saja sudah menunjukkan bagaimana perilaku anda dalam berkomunikasi.
Jika perilaku kita biasanya berkomunikasi dengan cara asertif, namun suatu saat kita berhadapan dengan seseorang yang sulit untuk diberi pemahaman secara “biasa”. Maka menunjukkan kemarahan dan berkomunikasi secara agresif mungkin juga diperlukan bahwa kita serius. Seseorang wanita yang dilecehkan secara verbal pada awalnya bisa mengungkapkan ketidaksukaannya kepada si pelaku dengan mengatakan dengan sopan “Maaf, saya merasa tidak nyaman dengan kata-kata anda tadi”. Namun ketika ketika si pelaku tidak menghentikan perbuatannya, si wanita bisa menggunakan cara komunikasi agresif dengan meninggikan suara, wajah serius dengan mata dibuka lebar sambil berkata “saya rasa perbuatan anda telah melecehkan saya, mohon hentikan”.
Label si pemarah, si penyabar, si ramah, dan si.. si.. lainnya akan tergantung dari bagaimana kebiasaan anda dalam menggunkan cara komunikasi tersebut diatas. Jadi, label apa yang orang lain sematkan pada anda? Cara komunikasi mana yang sering anda gunakan? Selalu ada waktu untuk meperbaiki diri dan cara kita berkomunikasi dengan orang lain kawan. Itulah modal bagi anda untuk bisa menciptakan, membangun, dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
TUGAS UNTUK ANDA
Atasan anda meminta anda untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan urusan pekerjaan kantor. Anda tidak suka dengan tugas-tugas yang bersifat pribadi tersebut. Buatlah kalimat efektif untuk menolak semua tugas pribadi yang anda terima. Gunakan perbandingan cara berkomunikasi agresif, submisif, dan asertif dari kasus tersebut.
*diolah dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not spam right now !!!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.